Romadoni Yunanto, S.Pt.
Thursday, August 17, 2006
Semarak Kemerdekaan






Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa Unila menggelar berbagai lomba memperingati HUT RI ke 61, wahhh seru banget

Lomba yg digelar dari 15 - 17 Agustus 2006 bertempat di lt 1 gd PKM dan lapangan rektorat Unila menghadirkan 7 lomba yakni lomba makan kerupuk antar UKM, Balap Karung, tarik tambang, paku team, karaoke, catur, dan futsal for fun. Lomba makan kerupuk juara 1 dari UKPM Teknokra. Juara balap karung dari pramuka. juara tarik tambang dari pramuka. juara paku team UKM bidang seni. Juara Karaoke dari UKMBS. Juara Catur dari Teknokra. juara futsal for fun dari Teknokra. Sebagai juara umum Teknokra.

Jalannya lomba
Saat lomba makan krupuk lomba berjalan sangat meriah. Para peserta dengan rakusnya mengigit dan menelan kerupuk yang digantung ditali plastik. Mulut mereka dibuka lebar dan "aaaa...kriukk...kriuuukkk...". "Ayo telan, ayo gigit, dikit lagi, ayo habiskan, wah dah brepa hari gak makan mas, teriakan para penonton diiringi tawa sambil menyemangati jagoan masing-masing.

Lalu lomba dilanjutkan dengan lomba paku team. Satu tim ada 6 orang. satu bertugas sebagai komando dan 5 orang memegang tali dan ditutupi matanya. lomba ini memasukkan paku ke dalam botol yang memasukan ya dengan 5 tali yang di pegang 5 orang yang di tutup matanya. "ayo kanan, ke kiri, naikan, turunin, pelan-pelan, ya..bagus..bagus wah dikit lagi ha...ha...ha.." teriakan penonton. senyum sumringah deh semuanya

posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 6:05 PM   0 comments
Thursday, August 03, 2006
Mengenali Gempa Lampung


Tanah bergetar kencang setiap hari di Kemiling. Sudah sebulan warga dicekam ketakutan. Kapan fenomena alam ini berakhir.


Kedua bola mata lelaki itu tak luput dari layar monitor komputer yang terus menyala 24 jam. Gelombang elektrik tiga warna, merah, biru, dan hijau penanda getaran gempa tergambar di monitor. Tangannya selalu memegang mouse mengedit data itu. Sebuah ponsel silver terus berdering, ia pun menyempatkan menjawab telepon. “Kalau ada gempa sekecil apa pun tercatat di seismograf ini, dan 24 jam nonstop kami pantau terus, dan kami terus koordianasi dengan atasan lewat ponsel,” ujar Agung Setiadi staf Analisis Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kotabumi yang bertugas di SDN 1 Kemiling Permai membuka obrolan.

Didalam ruangan 4 x 5 meter di perumahan guru SD Negeri 1 Kemiling, Agung dan rekannya Tedy bertugas memantau gempa. Terlihat jelas retak-retak di dinding akibat sering terjadinya getaran gempa. Satu buah spingbed, kasur, galon air, sebuah kamar mandi, makanan ringan, minuman suplemen, koran dan gelas kopi cukup untuk memfasilitasi sehari hari. Sudah sebulan lebih mereka tingal disitu.

Di alasi karpet plastik, dua unit laptop hitam, sebuah Central Processing Unit (CPU), sebuah kipas angin, alat pencatat gempa Digital Portable Seismograph (DPS) tipe TDL-303S merek Tai-de dari Cina, dan alat sensor gempa yang diletakkan ditanah DS-4A Feedback Short Period Seismometer, setia menemani tugas mereka. “Alat alat ini pinjaman dari Jakarta,” ujar Agung.

Tiba-tiba.“Duumm….gerrrr……..”
Tanah bergetar kencang seperti ditimpa sebuah bom. Dinding dan lantai ikut bergetar kuat. Di layar tergambar garis tiga warna itu bergaris lurus lalu bergelombang lagi. Tedy lalu mengoperasikan komputer. “Tiga detik, kekuatannya 2,8 SR,” ujarnya.

Penempatan seismograf di SDN 1 Kemiling menurut Agung, dikarenakan tanah dan batuan disini terdiri dari batuan granit dan batuan keras yang mempunyai kepadatan kuat serta memiliki posisi dan luas yang besar sehingga dapat menghantarkan gelombang getaran gempa secara cepat. Daerah ini juga jauh dari aktifitas kendaraan ataupun aktifitas yang lain yang dapat menimbulkan getaran. “Sebab sensor gempa sangat sensitif terhadap getaran,” kata Agung.

Dari hasil pemantauan, masyarakat Kemiling terlihat panik dan gelisah dengan fenomena alam ini, takut seperti gempa di Yogyakarta. Mereka lalu mendirikan tenda didepan rumah masing masing. Tenda diisi kasur, kulkas ataupun sebagai dapur. Ketika malam hari, tenda digunakan tidur. Dinginnya angin malam kemarau menusuk tubuh tak menghiraukan mereka untuk tetap tidur ditenda. Akibatnya ada beberapa warga yang jatuh sakit. Beruntung pemerintah sudah mendirikan posko kesehatan gratis. “Semenjak gempa, masyarakat ketakutan sekali, saya selalu keliling kampung menenangkan warga yang panik, kurang tidur begadangan terus nih,” ujar Edyar Saleh Camat Kemiling, saat berada di pos BMG SDN 1 Kemiling Permai.
***
Lampung merupakan daerah rawan gempa karena Lampung dilewati sesar/patahan Sumatera yang memanjang dari Aceh hingga Lampung. Patahan itu selalu bergerak terkena tekanan dari inti bumi sahingga bila tekanan besar dapat menimbulkan gempa. “Setiap daerah yang dilewati sesar selalu bisa terjadi gempa, maka kita harus sigap terhadap gempa,” ujar Chrismanto Kepala Stasiun Geofisika BMG Kotabumi.

Gempa bumi terbagi menjadi tiga yakni pertama, Main Shock atau gempa utama artinya tiba-tiba terjadi gempa bumi yang besar dan kuat kemudian diikuti gempa susulan yang relatif kecil. Kedua, Fore Shock artinya terjadi beberapa gempa kecil lalu terjadi gempa yang kuat dan besar kemudian disusul gempa susulan yang kecil. Ketiga, Swarm merupakan gempa bumi kecil dengan frekuensinya tinggi. Swarm sering terjadi di daerah yang sudah fracture /patah, mungkin pernah dilanda gempa bumi yang besar dimasa lalu. “Gempa yang melanda Kemiling ini termasuk kategori gempa bumi swarm,” ujar Agung.

Menurut Chrismanto, ciri gempa bumi Swarm tidaklah merupakan gempa bumi yang kuat, karena lapisan kulit buminya sudah pernah patah, sehingga tidak dapat menyimpan energi yang besar. Gempa bumi ini tidak mempunyai gempa bumi utama. Terjadi secara terus menerus dalam waktu yang lama dan dalam frekuensi yang tinggi. Tingginya intensitas gempa biasanya di iringi isu-isu yang menyebabkan masyarakat panik.

Gempa bumi Swarm di Kemiling dipicu oleh gempa besar yang terjadi sebelumnya. BMG Kotabumi mencatat telah terjadi gempa besar yakni, gempa yang menggoyang Kalianda Jumat (12/5) pukul 15.16 WIB. Gempa ini berkekuatan 5,9 skala Richter (SR) dengan pusat gempa terletak 56 kilometer dari Bandar Lampung pada 5,950 lintang selatan dan 105,390 bujur timur dengan kedalaman 14 kilometer. Mengakibatkan 19 rumah rusak berat. Ratusan rumah lain yang rusak ringan.

Kemudian, 7 Juni lalu gempa berkekuatan 6,2 SR terletak di koordinat 5,80 – 103,640 dilaut perbatasan Bengkulu dan Lampung. Dengan pusat 333 km dari dasar laut. Lalu, gempa berkekuatan 5,9 SR melanda pantai barat Krui 12 Juni pukul 6.43 WIB pada koordinat 6,80 – 105,60 bujur timur sekitar 400 km barat daya Krui dengan kedalaman 163 km dari dasar laut. Dari ketiga gempa ini yang dirasakan manusia yakni gempa di Kalianda. “Gempa Kemiling efek atau sisa-sisa energi dari gempa-gempa itu, dan energi ini tidak besar,” tutur Chrismanto.

Dari pengamatan BMG, Gempa Swarm di Kemiling memiliki episentrum/pusat gempa di gunung betung. Swarm tergolong gempa lokal. Efek dari tiga gempa itu mengakibatkan terjadinya gerakan sesar atau patahan Semangko di Teluk Semangka yang memanjang sampai ke Nangroe Aceh Darussalam. Sesar Semangko adalah patahan induk dan mempunyai cabang-cabang patahan seperti bahu dan panjang yang mengarah ke gunung betung sampai 10 km dari kemiling.

Gerakan patahan semangko disebabkan dorongan berlawanan dari lempeng samudra yang ada di Samudra Hindia dengan lempeng di Pulau Sumatera. Pergerakan saling dorong dua lempeng tersebut menyebabkan benturan-benturan acak dan mengeluarkan energi getaran di dua patahan cabangnya. “Gempa Kemiling ini dampak dari stabilisasi tekanan stres dari sesar Semangko, sesar Panjang, dan sesar Muda, selama ketiga sesar tersebut belum pas pada posisinya maka akan terus terjadi gempa,” ujar Agung.

Menangapi isu yang merebak di masyarakat dibawah daerah kemiling terdapat rongga yang sangat besar yang dikhawatirkan rongga itu akan runtuh dan ambles, Chrismanto menjelaskan hal tersebut sulit untuk membuktikannya, dan tidak rasional. Gempa bumi Swarm tidak berbahaya. Hanya karena lama dan frekuensinya yang tinggi, dapat menimbulkan isu-isu negatif. Melihat sejarah Swarm yang pernah terjadi di Pulau Weh Sabang pada Januari 1986. Terjadinya selama sebulan. Pada saat itu timbul isu-isu bahwa Pulau Weh akan tenggelam. Akibatnya masyarakat mengungsi ke Banda Aceh, dan faktanya Pulau Weh sampai sekarang tetap ada.

Gempa Swarm sering didahului suara gemuruh karena sumber gempa buminya dangkal yakni berkisar tidak lebih dari 15 km. Lalu kecepatan suara lebih cepat dari kecepatan gelombang seismic sehingga terdengar gemuruh dulu, baru di ikuti getaran. Ia pun tidak tahu sampai kapan berakhir. Berdasarkan pengalaman gempa bumi swarm paling lama terjadi sekitar dua bulan. Apabila intensitas gempa turun kemungkinan gempanya akan berakhir. “Kita kan hanya memprediksi Tuhan yang maha tahu, dan kita harus tetap waspada,” ujar Chrismanto.

Tips Menghadapi Gempa
Sumber: Stasiun Geofisika BMG Kotabumi Lampung

Sebelum terjadi gempa
1. kenali apa yang dimaksud gempa bumi
2. pastikan struktur dan letak rumah anda dapat terhindar dari bahaya gempa bumi
3. evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan anda agar terhindar bahaya
gempa
4. perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, sudah mengetahui tempat
paling aman untuk berlindung
5. belajar melakukan P3K
6. belajar mengunakan pemadam kebakaran
7. catat nomor-nomor penting
8. perabotan lemari cabinet letakan pada dinding diikat atau dipaku menghindari
roboh
9. simpan barang mudah pecah
10. sedia selalu kotak P3K, senter, Radio, makanan dan air.

Saat terjadi gempa
1. lindungi kepala dan badan dari keruntuhan dapat bersembunyi dibawah meja dll.
2. lari keluar apabila dapat dilakukan
3. bila diluar hindari bangunan, gedung, tiang listrik, pohon dll.
4. perhatikan tempat berpijak hindari bila terjadi rekahan tanah.
5. bila mengendarai kendaraan, kurangi kecepatan, menepilah, dan berhenti bila
mengendarai roda empat, keluarlah dari kendaraan.
6. bila berada dipantai jauhi pantai
7. bila berada di pegunungan hindari daerah yang mudah longsor

Sesudah gempa
1. bila di bangunan tunggu sampai getaran berhenti, dan keluarlah segera mungkin
dengan tertib.
2. bila di gedung jangan menggunakan lift dan tangga berjalan, gunakan tangga
biasa
3. periksa ada yang luka
4. jangan masuk ke bangunan yang sudah terjadi gempa karena kemungkinan masih
terdapat reruntuhan
5. jangan berjalan disekitar daerah gempa kemungkinan masih ada gempa susulan
6. selalu berdoa pada Tuhan


Intensitas gempa di Bandarlampung
Sumber: Stasiun Geofisika BMG Kotabumi Lampung

Hari/tanggal Skala Richter
Jumat (16/6) 3,4
Sabtu (17/6) 0,8 – 3,5
Senin (19/6) 0,7 – 2,7
Rabu (21/6) 4,7
Kamis (22/6) 4,6
Jumat (23/6) 4,6
Sabtu (24/6) 4,7
Kamis (29/6) 4,8
Jumat (30/6) 3,5
Selasa (4/7) 4,7
Rabu (5/6) 3,5 – 4,5
Jumat (7/7) 4,7


Skala Kekuatan gempa bumi
menurut Modified Marcelli Intensity (MMI)
Sumber: Stasiun Geofisika BMG Kotabumi Lampung

I. Getaran tidak dirasakan
II. Getaran dirasakan beberapa orang. Benda ringan yang digantung bergoyang
III. Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Getaran seakan-akan ada truk lewat
IV. Getaran dirasakan, jendela, pintu, kaca bergetar,
V. Getaran dirasakan oleh semua penduduk, barang-barang terpelanting, pohon,
tiang-tiang bergoyang
VI. Getaran dirasakan oleh semua penduduk, kebanyakan terkejut dan lari keluar,
plester dinding jatuh.
VII. Getaran dirasakan, orang keluar rumah, bangunan retak-retak. Getaran terasa
pada orang yang naik kendaraan
VIII. Kerusakan ringan pada bangunan dengan kontruksi kuat. Retak-retak, dinding
lepas dari rangka rumah. Monumen-monumen roboh
IX. kerusakan pada bangunan kuat, rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak
retak-retak,
X. Bangunan rusak, rumah lepas dari pandemennya, tanah terbelah di tiap-tiap
sungai sungai
XI. Bangunan sedikit yang berdiri, jembatan rusak, terjadi lembah, tanah
terbelah, rel kereta melengkung
XII. Hancur sama sekali, gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan
menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.


Romadoni Yunanto

Majalah Teknokra edisi 208
posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 9:37 AM   2 comments
AI Tak Cukup Depopulasi Saja
Avian Influenza (Flu burung) secara fakta telah meluluhlantakan sistem ekonomi peternakan nasional. Dalam hitungan jam, jutaan unggas mati dalam sekejab,
ratusan peternak terombang-ambing gulung tikar karena sudah tak memiliki modal lagi. Puluhan nyawa manusia pun melayang akibat ganasnya virus ini. Tercatat sejak munculnya kasus flu burung di Indonesia juli 2005 hingga Februari 2006, 26 penderita, 18 orang diantarannya meninggal. Bila diakumulasikan korban meningal di Indonesia tertingggi didunia yakni mencapai angka 69,56 persen, sedangkan rata-rata dunia 53, 3 persen. Dan yang paling menyedihkan lagi, yakni periode penularan flu burung dari satu bulan menjadi tiga hari.

Tingginya angka kematian di Indonesia mengundang kekhawatiran badan kesehatan dunia WHO. WHO menilai kasus flu burung di Indonesia tergolong berat. Kekhawatiran WHO sangat beralasan apabila penanganan virus penyakit menular dari hewan ke manusia (zoonosis) ini tak maksimal, dapat mengakibatkan pandemi. Bila hal itu terjadi akan menyulitkan dalam hal penanggulangannya dan semakin berbahaya. Apalagi salah dalam memberikan perlakuan terhadap virus ini.

Yang sangat disayangkan adalah langkah pemerintah dalam menanggulangi virus ini terkesan tak serius dan lamban, alasannya keterbatasan dana. Sehingga dampaknya virus flu burung tak pernah tuntas justru sebaliknya semakin buruk. Akhirnya setelah sekian lama dan keadaan dirasa “darurat” barulah pemerintah mengeluarkan keputusan untuk memusnahkan massal (depopulasi) ternak unggas yang positif terjangkit flu burung di enam propinsi yakni, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Lampung.

Kini di enam daerah tersebut tengah gencar-gencarnya melakukan depopulasi ternak secara membabi buta. Dengan depopulasi akan memutus rantai ikatan virus dan menghambat merebaknya virus dari unggas ke unggas lainnya. Lalu masyarakat yang unggasnya terkena depopulasi mendapat kompensasi perekor diberi Rp10.000, namun uang tersebut jauh dari layak. Sehingga peternak tetap saja mengalami kerugian. Yang perlu dicatat bersama pemberantasan AI ini tidak cukup dengan depopulasi saja. Depopulasi hanyalah langkah awal pemberantasan AI, sehingga butuh langkah penting selanjutnya untuk meyelesaikan AI secara tuntas. Karena AI merupakan permasalahan kompleks yang harus diselesaikan secara tepat dan konfrehensif.

Hal yang harus dilakukan pemerintah setelah depopulasi yakni: (1) memberikan sosialisasi yang gencar kepada seluruh lapisan masyarakat tentang apa itu AI, bagaimana indikasinya ternak yang terkena, dan bagaimana proses pencegahan. Mengingat selama ini banyak para peternak ataupun masyarakat awam masih belum paham betul tentang virus ini. (2) vaksinasi secara besar-besaran mencakup seluruh daerah yang terserang. Dengan vaksinasi akan memberikan sistem kekebalan tubuh bagi unggas dari AI. (3) mengontrol program biosecurity yang belum optimal. Salah satu faktor penyebab merebaknya AI secara cepat di Indonesia, disebabkan oleh biosecurity yang lemah. Coba bandingkan dengan negara tetangga, biosecurity mutlak diperketat. Sehingga biosecurity merupakan benteng ataupun sistem perlindungan untuk melawan segala macam virus ataupun penyakit lainnya, bila biosecurity lemah akan sangat berbahaya dan merugikan banyak pihak. (4) optimalkan tugas fungsi dan tanggung jawab badan karantina hewan. Bila perlu benahi sistem manajemennya, lengkapi segala macam sarana dan prasarana pendukung. Ada indikasi penyebaran AI disebabkan transportasi ternak atar pulau. (5) pengoptimalan tugas dokter hewan mengingat dokter hewan merupakan pilar utama pemberantasan AI.

Bila ditelaah secara ilmiah flu burung disebabkan oleh virus influenza tipe A yang termasuk famili Orthomyxoviridae. Mula-mula virus ini menyerang unggas dan babi. Kasus pertama infeksi flu burung pada manusia terjadi di Hongkong 1997. Saat itu 18 orang terinfeksi, enam diantaranya meningal. Kasus ini terus merembet ke negara-negara tetangga, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Virus ganas yang berjangkit pada manusia itu bersubtipe H5N1. Virus jenis ini dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 derajat celcius, dan lebih dari 30 hari pada 0 derajat celcius. Di udara lembab, virus bisa bertahan lebih dati 30 hari, sementara ditempat dengan sinar matahari cukup bisa bertahan selama 2-3 jam. H5N1 akan mati oleh pemanasan 60 derajat celcius selama 30 menit. Virus juga akan mati oleh deterjen dan desinfektan seperti formalin serta cairan yang mengandung iodin.

Flu burung adalah musibah nasional yang merupakan kejadian luar biasa (KLB) yang harus dibuminguskan sebelum segala sesuatu yang tidak diingankan terjadi kelak. Suksesnya pemberantasan AI membutuhkan peran kita bersama.

Romadoni Yunanto
Di muat diLampung Post Wed Mar 01, 2006
posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 7:54 AM   0 comments
Seberapa Penting RUU Anti Pornografi?
Rencana masuknya majalah Playboy ke Indonesia telah mengundang semua eleman masyarakat kita ‘gerah’ bak kebakaran jeggot. Berbagai aksi tolak datang dari penjuru Indonesia.
Dengan alasan masuknya majalah Playboy dapat merusak moral bangsa Indonesia. Apalagi masuknya majalah ini di saat Pemerintah sedang membahas Rancangan Undang Undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi. Sungguh merupakan tamparan keras bagi pemerintah. Bila kita cermati memang agak lucu, ketika Playboy datang kita semua panik, dan menuntut untuk melarang beredarnya Playboy, namun berbagai tabloid dan majalah yang memamerkan aurat versi lokal yang banyak merajalela dijalanan tidak dipersoalkan, bahkan dapat bebas berkeliaran.

Memang dari ribuan tahun yang lalu ketelanjangan tubuh manusia merupakan obyek inspirasi seni dan harus diakui hak dan nilainya. Tubuh adalah ekspresi manusia yang dengan anggota-anggota tubuh yang merupakan ciptaan Tuhan yang positif dan bernilai. Namun banyak manusia yang salah mengekspresikan terhadap seni itu dan terjebak pada pornografi yang berbau erotis. Dalam kamus, erotis adalah berhubungan dengan rangsangan-rangsangan yang bersifat seks, berhubungan dengan nafsu birahi. Sedangkan erotika (Latin) dalam sastra merupakan karya sastra yang tema dan sifatnya berhubungan dengan nafsu birahi.

Menurut RUU definisi pornografi adalah substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika. Sedangkan pornoaksi adalah perbuatan eksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika di muka umum. Ganjaran terhadap pasal-pasal didalam RUU ini cukup berat, hukuman pidana penjara yang diterapkan misalnya berkisar satu tahun sampai 20 tahun. Hukuman ini pun bisa ditambah denda sebesar 100 juta hingga 3 miliar.

Apresiasi masyarakat yang menolak masuknya Playboy memang beralasan logis. Masyarakat merupakan ruang publik yang didalamnya terdapat anak-anak kita, generasi muda, masyarakat, dan kita sendiri. Masyarakat kita telah merasa diinvasi dan merasa jenuh oleh majalah-majalah porno terbitan lokal ataupun luar negeri yang saat ini bertebaran bebas. Sangat miris ketika tabloid dan majalah yang mengumbar birahi terpampang dijalanan dan siapa pun bebas membeli entah anak kecil ataupun orang dewasa. Tidak hanya itu VCD-DVD porno, dan tayangan- tayangan media elektronik “seronok” yang merajalela dan ditambah lagi meningkatnya tingkat kejahatan asusila yang menghiasi media elektronik dan cetak. Keresahan-keresahan masyarakat tersebut yang merespon untuk segera dibentuknya RUU Anti-Pornografi dan Pornoaksi. Dengan RUU ini ruang publik yang ditawari birahi dan seksulitas harus dikontrol dengan aturan yang kuat.

Ruang publik juga tempat kesejahteraan bersama (bonum comune) yang merupakan wilayah tugas negara dalam melindungi kesejahteraannya, hak-hak masyarakat, dan menindak mereka yang merugikan sesama warga masyarakat dengan sanksi hukum positif.

Dan harus diingat, menurut Dewan Pers, pornografi dan pencabulan tidak masuk dalam kategori pers. Sebab pers menyebarkan informasi yang berkaitan dengan wilayah kepentingan publik. Sedangkan pornografi dan kecabulan terkait dengan wilayah personal. Dewan pers mengamati, sebagai media yang mengeksploitasi pornografi dan kecabulan adalah tabloid dan majalah liar yang tidak jelas alamat dan pertanggunganjawabnya. Maka Ketua Dewan pers Atmakusuma, mengatakan tugas Kepolisian untuk menegakkan hukum atas penerbitan itu.

Di berbagai negara yang dikenal liberal, aturan tentang pornografi justru ketat. Distribusi benda-benda yang mengandung unsur cabul tidak bisa dilakukan sembarangan. Seperti di Amerika serikat dibuat undang-undang bagi anak-anak berumur dibawah 18 tahun tidak bisa mengkonsumsi majalah dewasa ataupun masuk ke toko-toko seks. Di Malaysia, sesuatu yang membangkitkan syahwat dilarang. Pelukan dan ciuman, pelakunya bisa masuk bui. Polisi syariah rajin merazia pasangan yang kedapatan bermesraan di kamar hotel, rumah pribadi, atau tempat-tempat sunyi. Bila terbukti bukan pasangan yang kedapatan bermesraan bisa langsung dinikahkan atau dijebloskan ke penjara.

Bagaimana di negara Indonesia, pertanyaan itu masih belum terjawabkan hingga kini. Indonesia merupakan negara sebagian besar masyarakatnya adalah umat Islam. Sungguh ironi ketika pornografi dan pornoaksi merajalela di Indonesia. Ini jelas-jelas melukai perasaan umat Islam karena hal yang berbau pornografi dan pornoaksi merupakan haram hukumnya. Karena didalam Al quran sudah jelas diatur dan pornografi dan pornoaksi banyak mengakibatkan rusaknya moral generasi bangsa. Bila pornografi dan pornoaksi terus didiamkan tanpa ada tidakan oleh pemerintah bisa dipastikan karena moral telah rusak, dengan sendirinya bangsa kita semakin terpuruk. Hal ini pasti tidak kita ingingkan bersama.

Perlu diingat tanggung jawab moral generasi bukan hanya ditangan negara tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Sehingga peran orang tua yang merupakan benteng awal moral generasi muda harus dijalankan. Karena baik buruk suatu anak tergantung didikan orangtua. Bila orang tua mendidik secara baik maka nantinya anak yang merupakan calon generasi masa depan juga akan berdedikasi baik. Tetapi bila didikan orangtua yang asal-asalan tanpa kontrol terhadap anak dan dibiarkan bebas, hasilnya pun bisa dipastikan buruk. Maka perlu adanya komunikasi yang aktif didalam keluarga untuk mengakomodir segala macam permasalahan hidup.

Sebelumnya aturan pornografi dan pornoaksi sudah diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Perlindungan anak. Namun kenyataannya dilapangan masalah pornografi dan pornoaksi tak kunjung selesai. Sebaliknya semakin merajalela. Aparat pemerintah pun susah dan tidak bisa berbuat banyak untuk bertindak tegas. Ini disebabkan landasan hukum yang mengatur pornografi dan pornoaksi tidak terperinci dan banyak sekali ambigu. Sehingga para pelaku pornografi dan pornoaksi bebas berkeliaran melakukan apa saja dengan berbagai macam dalih. Ada yang mengatakan goyang ngebor atau goyang patah-patah bukan merupakan pornoaksi itu hanya sebagai ekspresi seni dan dinilai itu bagian dari seniman mempunyai talenta tinggi. Walupun sebenarnya kita melihat secara kasat mata dan logika itu merupakan jelas-jelas pornografi dan pornoaksi.

Kini RUU Anti-Pornografi dan Pornoaksi sedang dibahas di DPR, namun pro dan kontra akan RUU ini terus bergulir. Salah satu yang banyak dipermasalahkan dalam RUU ini memang soal definisi yang dinilai kabur dan berpotensi multitafsir. Misalnya, bagian tubuh mana yang disebut “sensual” atau apa yang disebut “tarian erotis”. Selain itu ada beberapa pasal dalam RUU pornografi dan pornoaksi juga menuai kontroversi diantaranya pasal 58, 59, 67, 76, 81, dan 82.

Berbagai pihak juga merespon tentang RUU ini Habib M. Rizieq Ketua Front Pembela Islam mendukung adanya RUU ini menurutnya ada pihak-pihak yang ingin merusak moral bangsa. Sedangkan Gede Nurjana kepala Dinas pariwisata Bali mengkhawatirkan undang-undang ini. Ia mempersoalkan pasal yang berkaitan dengan berciuman atau memperlihatkan bagian tubuh yang sensual. Siapa pun yang pernah ke Bali tentu paham banyak turis asing yang kerap berciuman di depan umum atau berpakaian minim di pantai.

Perbedaan pandangan itu seharusnya bukan menjadikan kendala dalam merumuskan RUU anti pornografi dan pornoaksi. Sebaliknya perbedaan akan memperkaya pembahasan RUU sehingga dapat dijabarkan secara detail. Bila perlu, semua elemen dilibatkan. Dengan besar harapan RUU Anti pornografi dan pornoaksi menjelasakan secara rinci dan detail yang dimaksud pornografi dan pornoaksi serta batasan-batasannya. Sanksi yang jelas dan tegas juga dituntut ada dalam RUU ini. Sehingga masyarakat, aparat, seniman memiliki pandangan yang sama dalam menafsirkan pornografi dan pornoaksi. Dalam RUU ini juga harus ada jawaban untuk menjawab aspirasi suara-suara daerah, sehingga pelaksanaan undang-undang ini nanti bisa sejalan dengan peraturan daerah dan tidak bertentangan dengan budaya daerah. Artinya ketika RUU ini disahkan oleh DPR dapat melindungi ruang publik dan menjaga moralitas bangsa kita dari kehancuran. Perlu kearifan bersama sebelum semua terjadi dan merugikan kita semua.

Romadoni Yunanto
Di Muat di Lampung Post, 15 Feb '06
posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 6:08 AM   1 comments
Sekolah
“Ayah, bulan depan Andi membayar SPP,” ujar Andi pada ayahnya di serambi rumah.
“Lho sudah mau bayaran lagi, kan baru kemarin Ayah kasih?” jawab Ayahnya.
“Ya Ayah, itu kemarin Februari untuk semester genap, besok untuk bayaran semester ganjil,” jawab Andi, mahasiwa semester enam di salah satu perguruan tinggi negeri.

“Oh gitu, ya nanti Ayah carikan uangnya.”

“Tapi Yah, e…. sebulan kemudian, Andi juga harus bayar kost-kostan ya satu jutaan,”.

Ayah andi pun terdiam sejenak.

“Ndi kamu gak usah pusing mikirin uang, biar ayah aja yang mengurus, tugas kamu hanya belajar dan kuliah.”

Beberapa menit kemudian muncul adik Andi bernama Nita dari dalam rumah.

“Ayah Nita kan bentar lagi mau ujian SMA, Nita perlu uang ni Yah, ini rincian biayanya,” sambil menyodorkan kertas berisikan rincian uang sekolah,”

“Dua ratus lima puluh ribu rupiah?” jawab Ayah.

“Jangan lupa ya Yah.”

“Mhhh….”

“Tiba-tiba si bungsu Arif yang masih duduk dikelas dua SMP ikut berkumpul juga.

“Iya Yah Arif juga bentar lagi mau bayaran daftar ulang nih, trus minta buat beli buku pelajaran baru.”

“Iya iya…. Ayah penuhin semuanya tapi kalian harus janji kalian harus belajar giat supaya pintar.”

“Bu, lihat anak-anak kita semuanya meminta uang pada Ayah, coba kalkulasikan pengeluaran anak-anak untuk sekolah!”.

“Sekolah sekarang perlu biaya tinggi untuk menjadi orang yang pintar Yah.”

“Namun apakah itu solusi pendidikan kita, kalau mau pintar ya harus mahal. Dengan begitu hanya orang mampu saja yang bisa menikmati pendidikan. Bagimana dengan orangtua ekonomi lemah. Banyak lho anak-anak cerdas berasal dari golongan lemah. Karena terbentur ekonomi impian itu pun pupus ditengah jalan. Seharusnya mereka ini dibina karena mereka calon generasi kedepan, yang akan meneruskan perjuangan. Dengan beasiswa, itu pun belum menjawab semuanya, sampai kapan!”.

“Pendidikan PR besar bagi negara dan kita semua Yah!”

“Ayah pegawai negeri sipil golongan tiga, gaji Ayah berapa, ditambah lagi sekarang harga kebutuhan pokok manusia tinggi!”.

“Kalau hanya mengandalkan gaji mana cukup. Ibu tak banyak tuntutan. Ibu lebih prioritaskan sekolah, ilmu adalah segalanya. Wajiblah bersyukur masih dapat menyekolahkan anak-anak, coba tengok saudara-saudara kita yang lain. Mungkin mereka lebih memilih untuk kerja,” tegas Ibu.

“Pendidikan merupakan pilar utama membangun negeri. Namun di negeri ini penghargaan terhadap pendidikan diabaikan. Negeri ini lebih suka menghargai kontes kecantikan, kontes suara, ataupun kontes goyang pinggul. Sungguh ironi. Kita sudah enam puluh satu tahun merdeka kenapa sih pendidikan kita masih berantakan. Selalu saja menuai masalah. Lihat, banyak bangunan sekolah yang tidak layak pakai. Kebutuhan buku pelajaran yang minim. Kualitas tenaga pengajar kurang. Sistem kurikulum pendidikan tak pernah tuntas. Korupsi dana pendidikan,” terang Ayah.

“Belum lagi bila ada sumber daya manusia (SDM) kita yang pintar banyak yang ‘dibajak’ negeri orang, dengan berbagai iming-iming. Ya sudah tentu iming-iming itu uang. Akibatnya sumber daya alam (SDA) kita terus dikeruk dan dikuras habis oleh orang yang rakus nikmat dunia tanpa ada perlawanan dari kita, miris.” ujar Ibu.

“Ibu pun berharap kepada mahasiswa, guru, pemerintah, bahkan presiden, benahi pendidikan kita. Lihat negara Jepang, ketika Hiroshima di bumihanguskan bom atom, apa sih yang dilakukan pemerintah Jepang. Langkah pertama menyelamatkan dan mencari guru-guru yang hidup, Jepang tahu, pendidikan merupakan sumber ilmu. Hasilnya, kini Jepang menjadi negara maju dan berteknologi tinggi.”

“Kesadaran pentingnya pendidikan dimulai dari kita dulu saja. Kalau kita mempunyai pandangan yang sama, biarlah proses itu berjalan. Kini hal yang terpenting yakni memberikan pendidikan akademis dan moral pada pelajar,” ujar Ayah.

Romadoni Yunanto
Pojok PKM Teknokra News edisi 77
posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 5:51 AM   0 comments
‘Gemuk’ Kantong dari Penggemukan Sapi
Mmhhuuuoohhh……… Mmhhuuuoohhh……

Lengking suara puluhan sapi terdengar dari kandang. Lalu, dengan sigap lelaki setengah baya, memberi pakan ke sapi-sapi itu. Di Desa Astomulyo kecamatan Punggur, Lampung Tengah, kondisi semacam ini lazim ditemui. Desa yang makmur berkat usaha masyarakatnya dalam penggemukan sapi. Dan dibalik itu semua, Sujarno adalah pelopor penggemukan sapi itu.

Saat itu, Sujarno menuju kandang sapi di belakang rumahnya, lalu dengan sigap memberikan pakan rumput ke peliharaannya itu. Ia serius dalam bekerja. Sebanyak 30 ekor sapi Peranakan Ongol (PO) atau lebih dikenal dengan sapi biasa, berukuran besar dan berwarna putih, mengisi kedua kandang. Sapi-sapi itu pun langsung melumat makanan yang baru saja disediakan oleh ‘sang empunya’. Penggemukan sapi adalah usaha yang telah berhasil dilakukan Sujarno.

Di ruang kerjanya yang berukuran 6 x 8 meter, terpampang jelas foto Sujarno sedang memeluk sebuah piala besar. “Ya, foto juara 1 tingkat nasional Lomba Kelompok Ternak Koperasi Unit Desa (KUD) Departemen Pertanian Jendral Peternakan 1995. Itu saya mewakili Lampung, ikut Pekan Nasional (Penas) bidang peternakan di Nusa Tenggara Barat. Tadinya saya kaget juga, tiba-tiba orang Dinas peternakan mengutus saya untuk ikutan Penas, allhamdulillah malah dapet juara,” kenangnya bangga. “Pengalaman berharga bagi saya, yaitu dua kali bertemu dan bersalaman dengan Pak Soeharto (mantan Presiden RI), pada acara Penas,” lanjut Sujarno.
***
Sujarno kecil adalah seorang anak desa yang lahir 20 April 1946 di Blitar, Jawa Timur. Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Kelimanya laki-laki semua. “Seperti Pandawa ya,” ucap Sujarno sambil tertawa ketika menceritakan keluarganya. Ayahnya, Sardi adalah seorang pandai besi biasa yang berpenghasilan pas-pasan. Melihat orang tuanya memiliki ekonomi lemah, Sujarno mau tak mau harus berhemat. Segala pengeluaran harus diperhitungkan secara cermat dan detail. Ini yang membuat Sujarno selalu perhitungan dalam segala hal.

Ketika tahun 1955 ayahnya, Sardi mengikuti transmigrasi ke Lampung, tak ayal lagi semua anak dan isteri pun dibawanya serta. Ya, Astomulyo, Kecamatan Punggur tempat yang dituju. Perlahan-lahan Sujarno tumbuh menjadi pemuda desa. Ia lalu bekerja menjadi petani membantu sang ayah yang sudah berganti profesi menjadi petani. Dan pekerjaan inilah yang membuat hidupnya semakin keras. Panas, hujan, tiap hari ia terima, sehingga tubuhnya semakin hitam.

Ia sadar pekerjaan sebagai petani tak dapat membuatnya bisa berkembang. Namun ia tetap senang menjalani profesi ini meski tawaran untuk pekerjaan lainnya juga kerap datang padanya. Pernah suatu hari, ia ditawari pamannya untuk masuk militer. Menurut sang paman, di militer lebih menjanjikan masa depan yang cerah akan tetapi Sujarno menolak tawaran sang paman. Alasannya Sujarno tidak suka bekerja bila ada semacam ikatan dinasnya. Selain masuk militer, ia juga pernah ditawari kawannya untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS), tetapi ia juga menolak tawaran itu. “Mungkin kalau dulu saya jadi masuk PNS, sekarang golongan saya sudah tinggi ya,” ujar Sujarno sedikit bergurau.

Sujarno kemudian berterus-terang kalau dia lebih suka berwiraswasta dari pada kerja dengan orang lain. Dengan wiraswasta menurut Sujarno segala sesuatunya lebih bebas, sukes atau tidak, ya tergantung diri sendiri yang menjalaninya. “Lagi pula saya orangnya nggak suka diperintah sama orang lain, dan terikat. Saya ingin bebas tanpa ada orang mengatur-ngatur saya,” lanjut Sujarno mengenai pilihan hidupnya ini.

Awalnya Sujarno mencoba berwiraswasta beternak ayam petelur. Namun usaha ayam ini pun ternyata tidak berlangsung lama karena ayamnya terserang virus kemudian mati. Lalu ia mencoba beternak bebek. Usaha ternak ini pun sama saja, tidak berjalan lama. Karena ia kasihan sama anaknya yang mengangon (mengembala) bebek di sawah, berangkat pagi pulang magrib. Maka ia putuskan untuk tidak beternak bebak lagi. “saya nggak tega,” ucapnya beralasan.

Setelah itu Sujarno lalu beternak kelinci dan berhasil, namun usaha ini terbentur masalah memasarankannya. Alhasil, banyak kelinci peliharaannya yang tidak terjual. Ia tak mengenal putus asa, terus mencoba untuk beternak sebagai sampingannya bertani. Kali ini Sujarno mencoba untuk berternak kambing. Usaha ini juga berhasil, kambing-kambingnya jadi semakin banyak. Namun ia merasa kerepotan untuk memeliharanya, maka satu persatu kambingnya akhrinya ia jual. Uang hasil penjualan dari kambing inilah yang ia belikan satu ekor sapi.

Dengan tekun ia rawat sapi itu hingga besar lalu kemudian dijualnya. Uang hasil penjualan sapi lalu ia belikan sapi kembali sebanyak dua ekor. Dari dua ekor menjadi empat, dan akhirnya menjadi ratusan ekor sapi. “Sapi itu uangnya besar, memeliharanya gampang, terus dijualnya juga cepat,” ujar Sujarno mengomentari usaha ternaknya itu.
***
Sujarno memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang peternakan. Ia selalu saja bertanya kepada orang yang berpengalaman seperti dokter hewan, peternak, orang Dinas ataupun masyarakat biasa tentang masalah ini. Hingga jangan heran kalau ia pun cukup dikenal dikalangan orang yang bergulat dengan hewan ternak ini. “Wah dik semua orang Dinas peternakan di Bandarlampung saya kenal, dari kepala dinasnya sampai stafnya saya kenal, ya itu dari sering ngobrol sama mereka, sering bertukar informasi,” jelasnya.

Dari obrolan itu Sujarno pun mengaplikasikan ke sapi. Ia langsung menggemukan sapi-sapinya untuk tujuan sapi potong secara intensif. Yakni dengan cara, sapi yang digemukan selalu dikandangkan dan diberi pakan yang bergizi tinggi. Untuk pakan, Sujarno meracik sendiri pakan sapinya itu. Ia mengambil dari limbah pertanian yakni hijauan, rumput gajah, kulit nanas, onggok, dan konsentrat. Kesemua pakan tersebut dicampur jadi satu, lalu diaduk supaya rata. Setelah rata baru diberikan pada sapi. Sujarno sendiri menyebut campuran pakan ini dengan nama formulasi pakan. Pakan ini berbentuk tepung. Dan pemberian pakannya dengan frekuensi 3 –5 kali/hari. Ternyata berhasil, dalam jangka penggemukan kurang lebih tiga bulan, sapi-sapinya menjadi cepat gemuk, dan laku dipasaran.

Sujarno sadar informasi ini harus dibagi-bagikan ke masyarakat. Karena ia melihat ini merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Lalu ia membagi-bagikan ilmu dan informasi ini kepada masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Satu persatu mayarakat tertarik dan mengikuti jejak langkahnya untuk menggemukan sapi. Hingga akhirnya ia berinisiatif untuk membentuk wadah kelompok tani ternak sapi potong. Yang kemudian gagasan itu ia paparkan kepada rekan dan tetangganya. Ternyata mereka pun mendukung ide Sujarno itu.

Alhasil 23 Februari 1991, sebanyak 27 orang bergabung menjadi anggota kelompok tani ternak. Dan Sujarno dikukuhkan sebagai ketua kelompok tani ternak. Ia lalu menamai kelompoknya dengan nama kelompok tani ternak sapi potong Brahman. Setiap sebulan sekali para anggota kelompok berkumpul di rumah Sujarno. Awalnya seluruh anggota bisa hadir, tapi lama kelamaan ada yang tidak hadir. “Lalu saya berinisiatif untuk menjemput mereka satu persatu ke rumahnya pakai sepeda.” Kini ada 150 orang yang tergabung dalam kelompoknya. Dan anggota kelompok Brahman telah memiliki populasi keseluruhan ternaknya sekitar 1200 ekor sapi.

Dalam memimpin angotanya, Sujarno punya prinsip, kita harus bisa menjadi contoh terlebih dahulu, baru nanti kita akan dicontoh oleh orang lain. Dan dimana kita lahir dan tinggal di suatu daerah, maka semampu kita untuk mengembangkan daerah tersebut untuk maju dan makmur,” tegasnya. Sujarno yang dulu seorang petani biasa hidup pas-pasan dan memiliki rumah sederhana, kini setelah beternak penggemukan sapi ia mampu membuat rumah yang bagus. Sujarno pun bisa membangun sebuah kantor kelompok tani. Dan juga sebuah ruang rapat kelompok berukuran 10 x 8 meter lengkap dengan kursi dan pengeras suaranya. Bahkan ia mampu mengkuliahkan anaknya sampai sarjana.

Selain itu nama Sujarno pun terkenal dikalangan mahasiswa dan dosen peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Banyak diantara mahasiswa yang mengadakan praktikum dan magang di tempat Sujarno. Ia ahli dibidang peternakan khususnya penggemukan sapi. Padahal ia bukanlah lulusan sarjana peternakan. Pendidikan terakhir yang dikecapnya hanyalah Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP). “Itupun saya tidak lulus,” ucapnya mengenang. Ilmu peternakan ia dapati dari rajin bertanya kepada semua orang. “Saya itu orangnya selalu ingin tahu, makanya saya suka nanya kepada semua orang, karena ilmu itu kita harus terus mencari,” jelasnya.

Kini di usianya yang mulai tua dengan fisik yang mulai rapuh, Sujarno tak lagi mengurusi sapinya lagi. Untuk mengurus sapi, sudah dipegang salah satu anaknya, Yono. Namun, Sujarno masih secara aktif mengawasi usaha yang telah menopang hidupnya dan keluarganya selama ini, dengan dibantu istrinya Tuminem. “Kata anak saya, saya sudah tua nggak usah lagi ngurusin sapi, biar kita aja, bapak mendingan membina peternak saja,” ucap Sujarno menirukan perkataan anaknya.

Menurutnya untuk dapat bertahan sebagai pengusaha sapi seperti sekarang ini, harus benar-benar ketat dalam masalah keuangan. Baginya tidak ada prinsip menggunakan uang perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. “Jangan makan jenang (dodol jawa) sebelum jenangnya jadi, artinya kita jangan makan uang perusahaan sebelum perusahan kita benar-benar jadi dan sukses. Ini yang harus dipegang oleh semua orang bila ia ingin sukses dalam mengelola usaha,” tandasnya.

Kini Sujarno masih menjabat sebagai ketua kelompok tani ternak, “Sebenarnya sudah berkeinginan untuk pensiun. Saya sudah tua, saya ingin digantikan dengan yang muda. Dan juga ingin menikmati masa tua, bergembira dengan ke sembilan cucu. Namun ternyata belum ada calon yang mampu menggantikan posisi tersebut. “Saya sedih, tapi saya akan berusaha untuk mencetak generasi yang muda untuk dapat menggantikan posisi saya,” ucapnya. Ayo siapa mau menggantikan?

Romadoni Yunanto
Dimuat ditabloid Teknokra edisi 205 September 2004

posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 5:47 AM   0 comments
Perlu Penetapan Harga Kopi
Lampung merupakan wilayah penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia. Rasa kopi lampung sangat digemari oleh semua orang bahkan keharuman kopi lampung sudah mencapai berbagai negara dunia. Namun keharuman aroma kopi itu tak seharum dengan harumnya nasib petani kopi lampung. Petani kopi selalu mendapatkan pahitnya saja.
Sudah menjadi rahasia umum bila musim panen tiba harga kopi bisa dipastikan anjlok dipasaran. Bahkan harga kopi robusta selalu fluktuatif. Ketika panen, banyak pengusaha pengekspor mengumpulkan biji-biji kopi dari petani, selalu dengan harga yang lebih rendah. Selisih harga beli dari petani dengan harga jual di pasar internasional sangat menyolok sehingga membuat pengeskpor semakin kaya. Sebaliknya, nasib petani kopi makin terpuruk karena harga jual kopi tidak mampu lagi menutupi biaya produksi. Efeknya banyak petani kopi yang tidak mengurus perkebunan dan beralih profesi lain yang lebih mengutungkan. Sehingga dampaknya telah terjadi penurunan luas kebun kopi dari 286.849 hektare (ha) pada tahun 2000 menjadi 165.862 ha pada tahun 2004, atau terjadi penurunan 42,17 persen.

Sungguh menyedihkan fenomena ini terus berlanjut tanpa ada perhatian secara khusus dari pemerintah. Bila dilihat dari segi ekonomi tercatat volume ekspor kopi dari Lampung pada musim panen ‘05 hingga November ‘05 mencapai 295.833,84 ton. Dari volume ekspor kopi tersebut diperoleh devisa sebesar US$ 157,45 juta. Angka tersebut jauh dibandingkan dengan uang hasil yang diperoleh dari petani.

Sampai saat ini pemerintah pun belum maksimal dalam mengelola industri kopi di Lampung. Ini terlihat dari masih banyaknya permasalahan menyangkut kopi lampung. Dari Anjloknya harga pasaran, eksportir yang mempermainkan harga kopi, petani kopi yang pindah haluan, lahan perkebunan yang makin berkurang, kerugian petani yang tak berkesudahan merupakan PR besar bagi pemerintah. Pemerintah jangan berkaca sebelah mata saja, hanya memandang besarnya pendapatan defisa saja. Aspek-aspek utama seperti tatalaksana perkebunan, taraf hidup petani, dan pascapanen harus dipertimbangkan secara serius. Sebab perkebunan kopi akan terus berjalan bila ada yang mengelolanya. Perlu diingat perkebunan kopi lampung merupakan aset perekonomian daerah yang juga merupakan pendapatan asli daerah (PAD).

Seharusnya pemerintah segera melakukan hal-hal konkrit untuk menyelamatkan nasib petani kopi. Sebab sudah banyak kerugian yang dialami mereka dan kini seharusnya mereka mendapatkan hidup yang layak dan makmur.

Pemerintah mulai sekarang harus menetapkan harga jual kopi standar ditingkat petani. Bila tidak ada tetapan harga yang jelas, bisa dipastikan petani akan terus merugi. Selanjutnya, pemerintah harus melakukan pengontrolan terhadap para eksportir kopi. Mengingat selama ini para eksportir bertindak sesuka hati untuk membeli kopi. Tarik para investor untuk menanamkan modalnya dengan membangun pabrik pengolahan kopi bubuk modern. Sebab pembangunan pabrik akan meningkatkan harga jual kopi di tingkat petani.

Dimuat di Lampung post Wed Mar 15, 2006
posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 5:41 AM   0 comments
Mengais asa Warga Sekitar Sungai Busa, Garuntang
Pagi yang tak begitu cerah. Awan hitam nampak mengumpal menutupi cahaya mentari diatas cakrawala. Di kawasan industri, kelurahan Garuntang, kecamatan Panjang Bandarlampung, desing kendaraan begitu bising penatkan jiwa. Kesejukan pun terhenpas. Terusik, lantaran udara pagi itu berbaur menjadi satu bersama gerahnya debu jalanan. Terbang tersapu oleh hilir mudik kendaraan melaju.

Tepat disebuah plang putih bertuliskan: Multi km 7 dengan dasar hitam yang jelas terbaca, kira-kira tujuh kilometer tak jauh dari perempatan Kali Balok dijlan by pass Soekarno Hatta, ‘ruh’ kehidupan sudah menggeliat.

Para buruh pabrik nampak sudah sibuk dengan aktivitasnya. Mungkin, sejak pagi buta, mereka sudah stand bye digudang baru yang masih gress itu. peluh sudah membasahi leher dan sekujur tubuhnya. Sibuk mengarungi coklat kedalam karung-karung bersar warna putih. Lalu diangkut dan ditata kedalam pabrik yang masih baru.

Didepan pabrik terlihat hamparan luas perbukitan hijau yang memanjang tak berujung. Seperti akan memeluk bumi untuk selamanya. Dikejauhan, kedua mata disuguhkan anugrah Ilahi yang terindah. Begitu jelas, nampak mah birun tanpa batas melingkari teluk Lampung.

Satu kilometer.langkah kaki berjalan menelusuri jalan berdebu tersebut. setelah itu, masuklah kesebuah jalan tak bertuan. Agak sedikit curam. Tingkat kemiringan kira-kira lebih dari 45 derajat. Tak beraspal, licin dan berkerikil.

Lumayan jauh langkah kaki menyusuri jalan yang tak bersahabat tersebut. sekitar lima belas menit berjalan, barulah tiba disebuah perkampungan yang bernama Balok Garuntang. Kampung yang berada dibawah sebuah perbukitan. Dari atas, nampak jelas jika pemandangan kampung tersebut semerawut.

Untuk menuju jalannya agak menantang tak hanya jalan curam setapak, namun juga harus melewati jembatan gantung yang membelah kali (Sungai) Balok.

Melewati jembatan yang panjang puluhan meter tersebut, tidak sembarang melangkah. Harus hati-hati dan jaga keseimbangan selain mudah goyah, kondisinya pun sangat memprihatinkan. Ada beberapa anak bambu yang sudah patah. Jika mata tak awas, kaki kejeblos, dan tubuh bisa terhempas. Jatuh terjebur ke sungai.

Di atas jembatan tersebut. terdengar gemercik riak air sungai yang mengalir berbenturan dengan bebatuan hitam. Arusnya begitu deras menandakan jika sungai tersebut dangkal. Di sekitar dinding bebatuan tersebut, tumbuh subur lumut hitam. menyelimuti kulit bebatuan.

Namun, ketika kedua mata dengan tajam diarahkan ke sungai tersebut. pemandangan tak sedap langsung menyergap. Ternyata sungai itu tak ‘perawan’ agi karena ‘diperkosa’ eh ‘nafsu bejat’ limbah dan aneka sampah.

Airnya tak lagi jernih. Namun keruh, bewarna coklat kehitam-hitaman. Bukan hanya itu, nampak pula busa putih menggunung mengapung di atas hamparan sungai. Semakin dekat, bukan hanya tak sedap dipandang, namun aroma busuk dengan sekejap menusuk hidung. jika belum terbiasa, bukan tidak mustahil jika aroma sungai tersebut membuat mual, lalu memuntahkan isi perut.

Sumber kehidupan warga sekitar tersebut, kini tak lagi ‘bernyawa’. Kesombongan pabrik industri yang berdiri disekitar sungai tersebut adalah sumber kematiannya. limbah pabrik industri telah menghilangkan fungsi alamiah dari sungai tersebut. Sungai yang dulu dikenal dengan nama Sungai Kedamaian dan berubah menjadi Sungai Busa tersebut, kini tak layak lagi pakai untuk hajat hidup orang banyak.

Pemandangan tak sedap ternyata juga hinggap disekitar Sampah, hingga kotoran ayam dan kambing berceceran di sepanjang jalan.

Sebagian besar rumah warga sekitar pun terkesan ala kadarnya. Sempit, tak memenuhi standar kelayakan. Bagaimana tidak, karena sebagian warga bekerja sebagai buruh, pendapatannya hanya cukup untuk makan.

Saat melintasi jalan sekitar, aktivitas warga pun terlalu mengeliat seperti kampung lainnya. Tak ada kesibukan yang berarti. Suasana begitu legang.

Yang terdengar hanya riuh bocah-bocah bertelanjang kaki bahkan ada yang bertelanjang dada yang sedang bermain. Di halaman sekitar mushala kecil berukuran 9 x 10 m tersebut mereka asyik bermain kejar-kejaran, bermain sepakbola, petak umpet, dan ada yang bermain ban bekas mobil. Adapula yang bermain pasir membuat istana pasir. Gelak tawa terdengar keras, memecah kesunyian siang. Bocah-bocah kecil itu riang bermain tanpa mempedulikan lingkungan sekitar yang yang mengancam kesehatan diri mereka.

Demikian halnya dengan aktivirtas para ibu-ibunya. Di atas pos ronda yang letaknya ditengah perkampungan, tiga ibu-ibu sedang melepaskan penat sambil tidur-tiduran di pos ronda sambil mengasuh anaknya masing-masing yang masih balita. Suara berisik para bocah tak mengubris istirahat mereka.

Saat kedua langkah kaki ini berjalan mengelilingi perkampungan, ternyata jarang sekali ditemukan para lelaki. baru sekitar 30 meter dari pos tersebut, nampak lelaki setengah baya tengah duduk santai sambil menyeruput kopi disebuah kedai berukuran 2 x 3 m, berdindingkan geribik warna putih. Lelaki berperawakan kurus, tinggi kurang lebih 165 cm, berambut putih, bermata sedikit merah. Lalu menghampiri Teknokra. “Mau ngopi dik atau teh dik,” ucapnya sambil menghisap dalam-dalam sigaret ditangannya. Isapan rokok tersebut sesekali membuat ia terbatuk-batuk.

Lelaki yang bernama Saidi (51), keturunan Sunda tersebut ternyata begitu bersahabat. “Kok sepi, para lelaki pada kemana pak,” tanya Teknokra mengawali obrolan siang itu, “Oh…, mereka sedang kerja sebagai buruh, berangkat pagi pulang sore,” jawab Saidi yang juga berprofesi sebagai tukang penggali sumur.

Asyik betul ngobrol bersama Saidi. Penduduk asli Kampung Balok Garuntang tersebut bercerita panjang lebar tentang halaman sejarah kampungnya. “Kampung ini diapit oleh dua sungai, sungai yang pertama berasal dari arah kedaton, Bandarlampung dan satunya berasal dari arah Tanjung Karang. Dan keduanya menyatu di desa ini, dan selanjutnya menuju ke laut,” terang Saidi.

Beracun!
Dulu, keduanya sungai tersebut airnya jernih. Warga sekitar dapat bebas tanpa takut bercengkerama dengan air sungai. “Dulu ikan-ikan, kepiting, dan udang bisa dilihat dengan jelas oleh mata. Seneng dulu kalau lihat ikan. Dan kalo mo’ ngambil ikan, wah gampang banget, tinggal ambil serok aja dapet banyak,” kenang Saidi.

Itu tempo dulu. Kini, nyaris kondisi sungai berubah total. Ikan jarang sekali ditemukan. Mati lantaran air telah terkontaminasi zat kimia. Mungkin, hanya ikan lele yang dapat bertahan di air kotor tersebut. “Wah lelenya besar-besar, bisa selenganlah, kalau pas dapet bisa nyampai 15 ekor ikan, lumayan khan buat lauk sehari,” kenang Saidi.

Pun halnya mandi, bukannya badan lebih bersih, justru nambah kotor. Kulit menjadi lengket lantaran limbah nempel dibadan. Pencemaran tersebut sudah terjadi sejak memasuki tahun ’80 an. Tepatnya, ketika pabrik-pabrik industri di Garuntang sendiri.

Karena tidak mempunyai saluran pembuangan limbah, pabrik-pabrik seperti industri seperti industri kecap, sari manis, pakan ternak, pabrik pisang, tetes, dan industri lainnya membuang limbahnya ke sungai. Lebih praktis dan efisien.

Namun tindakan sembrono para pengusaha tersebut merupakan malapetaka
Bagi warga sekitar sungai. Warna pekat limbah ternyata berhasil menyapu kejernihan warna sungai. Bukan hanya itu, limbah tersebut pun membentuk busa dan berbau. Sudah pasti, “racun” pun mengalir mengikuti aliran sungai.

“Kalau pagi atau sore wah ngga’ tahan baunya, kayak udang busuk dik, mungkin bisa mual yang baru pertama kali kesini,” aku Saidi. Apa yang dikatakan Saidi sesuia dengan kenyataan. Aroma busuk zat kimia terasa menusuk hidung. Hingga terasa ingin muntah.

“Kalau mau lihat busa yang lebih banyak adik jalan aja ke hulu yang ada air terjunnya itu, dan air terjun itu berada dibalik bukit kecil,” ucap Saidi.

Teknokra mengamini tawaran tersebut. tak jauh dari kedai tersebut, ternyata ada sebuah jembatan yang terbuat dari kayu. Agak kokoh membentang. Dari atas jembatan tersebut, pemandangan memprihatinkan nampak begitu jelas. Di tengah busa yang menggunung, ternyata ada sebagian warga sekitar yang mencuci, mandi, dan ada pula yang sedang berendam di sungai, mencari cacing darah untuk pakan ikan Lao Han. Entah mereka tak sadar akan bahaya mengancam, atau memang lantaran terpaksa mereka menggunakan sungai tersebut.

Untuk menuju ke air terjun, jalannya agak sedikit menanjak. Sekitar tiga puluh menit mendaki baru nampak dari arah ketinggian, begitu jelas busa kental berwarna putih yang menggunung. “Bahkan kalau nggak ada angin, biasanya tingginya sampai setinggi rumah, ya bisa delapan meteranlah tingginya,” ucap Saidi.

Saat berada di puncak tingginya sekitar sepuluh meter, gemuruh air yang jatuh terdengar memecah siang itu. Tekanan air yang kuat semakin membentuk busa seperti busa deterjen. Sedikit demi sedikit, jatuhan air tersebut lama-lama menjadi bukit busa. Menutupi permukaan air yang berada dibawah air terjun. Angin yang menghembuskan busa-busa tersebut ke udara.

Semenjak air sungai tercemar, sebagian masyarakat enggan mandi di sungai. Pasalnya, setiap usai menggunakan air sungai, kulit menjadi gatal-gatal. Saidi sendiri sempat mengalaminya. Saat kedua kakinya tak sengaja terendam air sungai. Tiga hari kemudian tumbuh bentol-bentol berair dan terasa gatal-gatal di kedua kakinya .

Saidi langsung pergi berobat ke dokter. Namun, penyakit tak juga sembuh. Pelbagai obat telah ia coba. Hasilnya tetap nihil. Gatal terus menggerogoti kedua kakinya. Satu bulan, ia harus menerima siksa dari limbah jahanam tersebut. “Wah rasanya panas dan perih dik,” ungkap Saidi. Namun ‘mukzizat’ baru ia dapat. Ketika salah satu tetangganya meyarankan agar Saidi memakan cecak hidup-hidup. Karena sudah tidak tahan sakitnya, tanpa pikir panjang, cecak yang ia dapat langsung ditelan hidup-hidup. Setelah itu, rasa sakit pun perlahan sirna. Hingga akhirnya ia pun kini sembuh total.

Lantaran pengalaman tragis tersebut, Saidi tak lagi berani menyentuh air sungai. “Saya kapok dik,” ucap Saidi. Kesehariannya tidak menggunakan air sungai. “Tidak tahan karena bisa langsung kena dampaknya lho,” tambahnya.

Pengalam serupa juga di alami Mudin (47), salah satu orang pencari cacing darah untuk pakan ikan Lao Han. Pertama kali berendam di air sungai, kedua kakinya terasa gatal-gatal dan bentol-bentol. “Wah selama dua hari garuk-garuk kaki terus dik, tapi lama-lama sudah nggak gatel lagi, mungkin keseringan berendam di air ya,” jelas Mudin sambil tersenyum.

Bukan hanya itu, salah satu kru Teknokra saja sempat kena dampaknya langsung, ketika sedang mengambil gambar, secara tak sengaja kedua kakinya terendam di air. Dampaknya mulai terasa pada saat malamnya. Sekujur tubuh terasa panas, kepala pusing dan seluruh badan timbul bentol-bentol berair. Susah sekali untuk tidur. Tiga hari kemudian barulah sembuh.

Selain menggerogoti kulit, warga sekitar pun tidak berani menggunakan untuk menyiram tumbuhan. Karena bukannya subur berkembang karena di siram, namun tumbuhan tersebut menjadi “mati”.

Seperti yang di tuturkan Aliyah (48), istri Saidi. Saat dirinya menyiram tanamam dan bunga kesayangannya memakai air sungai, tiga hari kemudian, tanaman dan bunga tersebut daunnya menjadi layu. “Saya juga heran kok habis disiram besoknya jadi layu, berarti bahaya banget khan air ini, jadi sekarang kalo nyiram pake air sumur aja,” ucap Aliyah.

Tragisnya, limbah tersebut juga ternyata berdampak pada kejernihan air sumur beberapa warga sekitar. Saat Teknokra memantau sebuah sumur buatan yang sengaja dibuat oleh penduduk yang berada ditepi sungai, ternyata air tersebut juga terlihat keruh. Tadinya menurut pengakuan warga, air sumur tersebut jernih dan layak diminum.

Diabaikan
Dampak yang sangat luar biasa tersebut tentu sudah sejak jauh hari dikeluhkan warga sekitar. Pihak Kelurahan sudah berupaya merespon agar pihak pabrik tidak membuang sampah sembarangan. Bahkan bersama pihak pabrik karet, yang memerlukan air bersih, sudah mengadu pencemaran tersebut ke pemerintah.

Awalnya, tuntutan mereka dijawab oleh pihak yang membuang limbah. Wajah sungai kembali bersih. Namun, lima bulan berlalu, pabrik-pabrik kembali berbuat ulah. Menabur racun ke air sungai.

Kini lantaran bosan mengadu, warha pun hanya bisa pasrah.“Wah kita khan orang kecil, percuma demo, ngaa’ bakal didengar,” ucap Saidi.

Ironisnya, tak sedikit pula warga sekitar yang menjadikan sungai tersebut sebagai tempat buah sampah. Bahkan, dikala pagi, siang, petang, hingga malam, warga yang tak punya WC, biasanya “nangkring” buang hajat dipinggir sungai. Melepas kepergian ‘si kuning’ mengambang.

Bahkan kegiatan tersebut bercampur baur dengan mencuci, mandi, dan sebagainya. Masyarakat sepertinya tak lagi riskan oleh penyakit yang ditimbulkan dari limbah sungai tersebut. Salah seorang ibu yang tengah mencuci menuturkan, “Bersih kok mas, lagian ngaak gatel, sudah biasa dik nyuci disungai kayak gini, habis mo gimana lagi,” jawabnya ibu tersebut mengucek-ngucek pakaian yang dicucinya.

Tak jauh dari lokasi tersebut, dua anak kecil yang berumur 10 tahunan pun asyik bermandi. Dengan berbekal gayung, sikat gigi dan sabun, keduanya nekat mandi di sungai yang hitam. Sama halnya dengan penuturan ibu-ibu, kedua bocah mengaku, “Nggak gatel kok, seger lho mas, mau nyoba,” ajaknya pada Teknokra.

Bukan hanya itu, ternyata ada sebagian warga yang menjadikan sungai tersebut sebagai sumber pendapatan. Bukan dari hasil tangkapan ikan, namun keuntungan diperoleh dari hasil tangkapan Cacing Darah yang berukuran kurang lebih satu centimeter dan berwarna merah.

Semenjak trend Ikan Lao Han melanda, warga sekitar ternyata turut kecipratan rezeki dari sungai yang tercemar tersebut. Pasalnya, pakan yang digemari oleh Ikan Lao Han berupa Cacing Darah tersebut berkembang biak di Sungai Busa. Karena itu, tak sedikit warga sekitar yang berburu Cacing Darah untuk mengais rezeki.

Mudin (47) misalnya. Bersama rekan-rekannya, dengan menggendarai sepeda, sepeda motor, ataupun menyewa mobil mereka berbondong-bondong datang dari Kampung Sawah Bandarlampung menuju Kampung Balok ini untuk merendam guna mendapatkan Cacing Darah.

Demi sesuap nasi, mereka rela berendam disungai hitam dan tercemar tersebut. Namun, mereka mengaku rasa gatal sering menyerang, “Awalnya sih gatal-gatal beberapa hari, tapi lama-lama sudah biasa, namanya juga sudah resiko pekerjaan,” ucap Mudin.

Kedua tangan mereka menggerayangi dasar sungai tersebut. Bahkan, diantara mereka ada yang rela menyelam dalam timbunan limbah. Dengan menggunakan bak plastik ukuran besar, drum plastik, dan saringan, sedikit demi sedikit hasil tangkapan mereka kumpulkan.

Cacing Darah tersebut hidup di antara lumpur hitam. Lalu lumpur tersebut disaring terbuat dari kain tipis dan halus. Setelah dirasa cukup, mulailah diayak secara perlahan. Sabar dan teliti. Setelah diayak, nampaklah cacing yang masih bercampur kotoran. Kotoran-kotoran tersebut lalu dibuang. Sedangkan cacing-cacing dipindahkan ke bak yang berisi air jernih. Kemudian di saring kembali didalam bak hingga bersih tanpa kotoran.

Menurut Mudin, setiap harinya ia bisa meraih empat sampai puluhan kobok cacing darah perhari. Harga satu koboknya berkisar antara lima ribu rupiah sampai dua belas ribu rupiah. “Tapi sekarang harganya jatuh, kini satu kobok harganya lima ribu, abis lagi banjir cacing, ”
keluh Mudin.

Maka Mudin pun lebih sering menjual cacing dengan cara eceran, yakni dibungkus memakai plastik kecil seukuran plastik es balon. Untuk satu kobok dapat di bagi menjadi 25 bungkus plastik kecil. Satu plastik seharga seribu rupiah. “Lebih untung dik,” jelas Mudin. Mudin mengaku pernah meraup keuntungan dalam sehari sekitar 100 ribu lebih dari menjual cacing. “Ya cukuplah untuk makan kelurga sehari,” ucapnya.

Mudin yang sudah dua tahun menekuni bisnis cacing, mengatakan profesi pencari cacing merupakan pekerjaan yang mudah, syaratnya yakni harus tekun dan sabar. “Kalo nyari cacing, jangan terburu-buru karena cacingnya itu kecil-kecil jadi harus sabar banget,” sarannya.

Loksi jelajah Mudin pun selalu berpindah pindah tempat. Malahan sampai ke luar Bandarlampung. Antara lain Kota Bumi, Bandar Jaya, Metro, Pekalongan, dan masih banyak kota lainnya. Alasan “Karena jika dikuras terus menerus maka lambat laun habis.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Beben (25). Ia sudah setahun lebih bekerja sebagai pencari cacing darah. Menurutnya Cacing Darah di Sungai Busa tak kenla habis. “Jarang sekali, ada sungai kayak gini, paling banter beberap bulan aja udah habis cacingnya, tapi ini malah tetap aja ada caingnya, ucap Beben. Dari mencari caing darah, Beben pernah meraup keuntungan satu juta rupiah. “ya sekitar sejuta lah sehari itu, kira-kira dapat 80 kobok cacing, tapi itu pas harga cacing lagi tinggi sekitar 15 ribuan per koboknya, wah semua orang yang nyari cacing dapet duit banyak,” kenangnya.

Saidi bercerita agak lain, ternyata meski sungai Busa tercemar dan tidak indah dipandang, banyak dijumpai muda mudi yang cari lokasi ‘strategis’ disekitar sungai. “Kalo pas hari minggu itu rame para muda-mudi pergi ke air terjun, ya biasalah buat pacaran.

Apa yang diucapkan Saidi memang benar. Ketika hari minggu (5/9) Teknokra sempat memergoki dua pasang muda-mudi tengah bercumbu. Rupanya, dua jam kemudian ada penambahan lagi, tiga pasang muda-mudi datang ke air terjun. “Wah mereka kalo pacaran betah banget, ada yang nyampe sore, malahan ada yang nyampe malem, ya namanya lagi kasmaran wajar,” ucap Beben.

Serunya, Saidi pun sempat menerima peristiwa mistis. Ada kisah aneh yang menimpa beberapa orang pencari cacing. Cerita itu sendiri di dapat Saidi ketika para pencari cacing sedang beristirahat dan bercerita di warungnya. Menurut Saidi, ada dua orang pencari cacing sedang asyik mencari cacing, tiba-tiba muncul buaya putih tanpa ekor, berada diatas batu di dekat mereka, “Tanpa pikir panjang keduanya akhirnya lari terbirit-birit. Padahal sepengetahuan Saidi sungai ini tak ada buayanya. Ada juga yang sedang mencari cacing, tiba-tiba dari kejauhan ia melihat ada seorang bertubuh besar, berkulit hitam, penuh koreng, berada di sungai.

Masih menurut Saidi, terkadang sungai ini juga kerap membawa mayat anak-anak yang mati tenggelam disungai. Kejadian tersebut terjadi ketika musim penghujan. Saidi sudah lupa kejadian persisnya. Kebanyakan yang tenggelam dan meninggal berasal dari Tanjung Karang. “Kalau ada yang hanyut, wah ramai, banyak orang yang nyari di sepanjang sungai,” ucap Sadi.

Ternyata Sungai Busa menyimpan sejumput ceria. Hitam putih semua ada di Sungai Busa. Namun, cerita dulu sepertinya tak ada guna untuk dikenang. Alangkah baiknya jika cerita akan permasalahan yang tengah terjadi sekarang terus didendangkan. Cerita yang mengangkat tema: Pencemaran.

Walau bagaimana pun, pencemaran dari ulah pabrik industri di sekitar Sungai Busa harus dihentikan. Karena sebagian besar warga sekitar, sungai menjadi salah satu sumber kehidupan. Jika kondisi terus berlanjut. Entah berapa banyak korban yang di timbulkan. Mungkin sekarang baru sekedar gatal-gatal. Namun, entah esok atau lusa, tidak menutup kemungkinan, jika racun yang menyebar di aliran sungai tersebut dapat membawa kematian.

posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 5:34 AM   7 comments
Perayaan Separuh Ramadhan
“Yassin…,
Wal qur’an nil hakim,
Innaka laminal mur salin,”

Sepenggal Surat Yassin mengalun merdu dari Mesjid Jami Ar Raudhoh, menemani kesibukan menanti waktu berbuka warga Kelurahan Kampungbaru.


Khidmat dan religius. Sekitar dua puluh orang terdiri dari orang tua, pemuda, dan anak-anak bersimpuh khusuk beribadah. Dengan duduk bersaf lima saling berhadapan, mereka terus membaca surat yassin berjamaah sambil menanti datangnya buka puasa. Tak ketinggalan, hidangan berbuka puasa pun telah tersedia, yakni aneka gorengan dan beberapa cangkir teh manis.

Diluar mesjid, suasana gaduh terdengar jelas menjelang detik detik azan Magrib. Jalanan utama kelurahan ramai hilir mudik warga. Warga asli dan mahasiswa, sore itu berbaur jadi satu untuk satu tujuan, berburu hidangan untuk berbuka. Dengan memakai busana sederhana tapi rapi, para mahasiswa meniliki tiap warung makan, mengamati hidangan yang disajikan oleh sang empunya warung makan. Terkadang, dahi-dahi mereka mengkerut mengisyaratkan tidak menyukai makanan itu. Tapi suatu saat raut muka mereka tersenyum ketika melihat aneka berbuka yang sesuai dengan keinginannya. Seketika itu ia pun langsung memesannya.

Momen bulan puasa tak disia-siakan bagi para pengelola warung makan. Banyak warung makan yang menyediakan aneka hidangan buka puasa, ada yang menjual kolak pisang, empek-empek, bubur kacang hijau, es buah, dan lainya dengan harga mahasiswa. “Ya lumayan enak sih, trus harganya terjangkau,“ ucap Noval, mahasiswa FISIP’01. Bila menu dan selera sesuai yang diinginkan mahasiswa, mereka rela mengantri lama, terkadang ada yang saling berebutan. Bila diamati secara seksama hampir di semua sudut warung makan di Kampungbaru selalu dipenuhi pembeli. Ini merupakan berkah tersendiri bagi penjaja makanan.

Tak terasa, waktu terus bergulir. Surya mulai tenggelam ditelan bumi diiringi mega-mega kemerah-merahan di angkasa.

“Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
Azan magrib berkumandang, ibadah puasa hari ini telah usai. Puasa harus dibatalkan, Wajah-wajah ceria timbul di raut muka warga yang menunggu berbuka di mesjid. “Sruuup…,” seruputan teh orang berbuka di mesjid. Tak lama berselang aneka gorengan pun disantap. Usai menyantap makanan, satu persatu mereka bergegas berwudhu. Iqamat dilantunkan, secara berjamaah mereka bersujud menunaikan sholat Magrib.

Suasana Magrib, tamoak warung-warung makan ramai dipadati mahasiswa. Ada yang sambil bergurau dan serius menyantap makanan.

Jam di dinding mesjid menunjukan pukul setengah tujuh malam. Penduduk Kampungbaru mulai berduyun-duyun menuju masjid, untuk menunaikan sholat tarawih berjamaan. Orang tua, pemuda, dan anak-anak dengan memakai pakaian sholat seperti mukena bagi wanita dan sarung serta kopiah bagi pria, mereka bergegas pergi ke mesjid. Menjelang pelaksanaan tarawih, terdengar gemuruh riuh anak-anak kecil, ada yang bersenda gurau, lari-lari kecil, dan ada yang sibuk menulis di buku catatan Ramadhan.

Kumandang Iqamat Isya terdengar. Semua jemaaah berdiri melakukan sholat tarawih. Sebanyak delapan saf (barisan) jemaah lelaki dan lima saf wanita dibelekang pria tersusun rapi. Empat rakaat sholat Isya, delapan rakaat tarawih, dan tiga rakaat witir telah dilakukan. Khusuk dan tertib.

Tarawih pun usai, wanita dan anak-anak kecil berhamburan keluar masjid. Namun ada beberapa anak langsung mengerumuni imam sholat. Mereka melakukan tugas Ramadhan dari sekolahan yakni mengumpulkan tanda tangan. “Minta tanda tangan, tugas Ramadhan dari ibu guru, kak, ” ucap Andi yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar kelas 3.

Malam itu, Jumat, 30 Oktober, ada yang beda usai tarawih di Mesjid Ar Raudoh, ada acara belah ketupat. “Ya, belah ketupat, ini hanya adat masyarakat Banten, sebagai ungkapan rasa syukur,” ucap Syaifullah, salah satu pengurus mesjid. Syaifullah menambahkan, ketupat dibelah dua, artinya kita telah menyelesaikan ibadah puasa yang setengah atau lima belas hari, semoga puasa yang telah kita jalankan kemarin diterima oleh Allah SWT.

Ketupat diberikan warga dibungkus rapi dalam besek ditemani menu lain seperti sayur santan, mie goreng, kerupuk, telur rebus, jajanan ataupun gorengan. “Ya isinya tergantung kemampuan masing-masing dan semampu kita,” ucap Saifullah.

Usai sholat tarawih, Jamaah lelaki segera membentuk lingkaran besar. Para petugas mesjid langsung menletakkan ketupat yang terkumpul ditengah lingkaran. Acara dilanjutkan dengan sosialisasi besarnya zakat Fitrah. Usai berdoa sebagai tanda mensyukuri ibadah puasa yang telah memasuki hari ke lima belas, ketupat pun dibagikan ke jemaah yang hadir.

Malam semakin larut, hembusan angin malam menusuk malam keenam belas bulan Ramadhan. Dari kejauhan terdengar jelas suara alunan tadarus Alquran di baca di masing-masing mesjid, seakan-akan saling menyambut malam bulan Ramadhan.
Namun, tak biasanya, malam itu di mesjid Ar Raudhoh tak terdengar tadarusan.
“Biasanya sih ada dik, tapi mungkin kali ini ingin tadarus Al quran dirumah,” ucap Syaifullah.

Suasana sangat sepi. Mungkin masyarakat sudah terbuai oleh bunga mimpi di kamarnya. Wajar karena pukul telah menujukkan setengah dua belas. Di tugu depan mesjid hanya terlihat empat pengojek. Sambil ngobrol santai mereka menunggu bila ada penumpang yang ingin bepergian malam.

Pukul setengah tiga pagi, langkahan-langkahan kaki menggesek aspal terdengar jelas. Tadinya hanya dua langkahan kaki terdengar, namun lama kelamaan semakin banyak. Ternyata para mahasiswa yang keluar menjari makanan sahur. Dengan raut muka terkantuk-kantuk mereka paksakan berjalan ke warung makan.

“Sahur…sahur…., ayo bangun…. bangun… angetin sayur dan nasinya,” ajakan sahur sering terdengar setiap pagi dari mesjid Ar Raudhoh. Kadang-kadang ajakan ini disertai dengan guyonan. Namun, pagi itu tak terdengar ajakan sahur, mesjid sepi. Mungkin kecapaian. Tak terasa tiba-tiba suara sirene mengaung-ngaung memecah pagi, menandakan waktu Imsak telah tiba. Ini pertanda ibadah puasa hari ini telah dimulai. Seiring dengan bunyi sirene, susana kembali lengang. Terlihat beberapa orang menuju mesjid untuk menuanaikan sholat shubuh berjamah.

Romadoni Yunanto
Di muat di Teknokra News Edisi 63
posted by Romadoni Yunanto, S.Pt. @ 5:08 AM   0 comments
About Me

Name: Romadoni Yunanto, S.Pt.
Home: Metro & Bandarlampung, Lampung, Indonesia
About Me: Saya orangnya asyik, cita2 ku ingin memberikan yg trbaik bg bangsaku, bisa mengabdi n mberikan yg terbaik buat kdua ortuku, yg terpenting mnjdi orang yang sukses dunia akherat, amien. Ketika kecil di SD 1 Gantiwarno Pekalongan Lampung Timur. Lalu di SLTP N 1 Metro. Waktu SLTP aktif di KIR & marchingband. Lalu dilanjutkan ke SMU N 1 Metro. Di SMA aktif di KIR, OSIS, Rois, Majalah Solusi, dan sempat membuat grup band bersama Ali, Bowo, Dima, Donie, Dody. Lalu masuk Perguruan Tinggi Universitas lampung mengambil jurusan produksi ternak. Di kuliahan aktif di Unit Kegiatan penerbitan Mahasiswa Teknokra yang bergerak di bidang journalist. Pernah menjadi Pemimpin Usaha Teknokra 2006 Dari sini mendapatkan banyak ilmu, mulai dari bisa fotografi, menulis, desain, berorganisasi, mengelola event dan sebagainya. Tepat 21 juni 2007 aku di wisuda dari Unila. Sedih, senang, bangga, syukur bercampur jadi satu. Kini kegiatan sehari-hariku menggeluti bidang marketing. OHYA BUAT TEMEN-TEMEN SMP, SMA, KULIAH APA KABAR KALIAN SEMUA, KAPAN YA BISA KUMPUL N REUNIAN NIE, PASTI KALO MAU KUMPUL PAS LEBARAN YA He..He.... email: mas_donkay@yahoo.com
See my complete profile
Sekarang Jam
BACA JUGA
ARSIP ARSIP
BLOG TEMAN
dd, Eriek, Gery, Udo Zul, Yudi, Taufik Qipote, Rieke, Mayna, Andreas Pantau, Siswoyo, Wida, Turyanto, M Ma'ruf, Udin, Suci, Suci Kwek, Nia, Iskandar, Nasrul, Shirei, Kana, K Yamin, Ndah, Destia, Dedy, Bhima, Ikram, Waeti, Icha, pojokbniunila, Cak Syam, M Sole, Mas didik, Denny
PESAN
    Name :
    Web URL :
    Message :
MEDIA
Universitas Lampung | Students Unila | Detik | livescore | Lirik | iloveblue | Lampung Post | Tempo Interaktif | Bisnis Indonesia | Kompas | ANTARA | The Jakarta Post | Gatra | Hai | Aneka Yess | RCTI | Indosiar | Liputan6 SCTV | ANTV | Trans TV | TV7
Pengunjung






Powered by


Free Blogger Templates

BLOGGER